اِجْتِهَادُكَ فِيمَا ضُمِنَ لَكَ، وَ تـَقْصِيْرُكَ فِيمَا طُلِبَ مِنْكَ، دَ لِيلٌ عَلَى انـــْطِمَاسِ الْــبَصِيْرةِ مِنْكَ
“Kegigihanmu dalam mencari apa yang telah dijamin untukmu dan kekuranganmu dalam melaksanakan apa yang diminta darimu menjadi bukti butanya mata hatimu.”
Ulasan Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Maksud dari “apa yang telah dijamin” ialah rezeki dan karunia Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَكَاَيِّنْ مِّنْ دَاۤبَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَاۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 60)
Sementara itu, maksud dari “kekuranganmu dalam melaksanakan apa yang diminta darimu” ialah kekurangan dalam melaksanakan amalan-amalan yang bisa membimbingmu menempuh jalan menuju Tuhanmu, seperti dzikir, shalat, dan wirid.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat [51]: 56)
Yang dituntut dari seorang murid ialah terus berusaha memberi makan ruh dengan dzikir-dzikir kepada Allah Ta’ala dan melakukan amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada-Nya; bukan memberi makan yang lainnya karena itu sudah menjadi wewenang Tuhannya.
Buta mata hati maknanya, hati tidak lagi bisa melihat berbagai perkara maknawi, sebagaimana mata dapat melihat perkara-perkara indrawi.
Dalam hikmah di atas, Syaikh Ibnu Atha’illah menggunakan lafadz “kegigihan” untuk menyatakan bahwa mencari rezeki yang dilakukan sekadarnya dan tanpa kegigihan tidak dilarang bagi seorang murid karena tidak menyebabkan buta mata hatinya. Wallaahu a’lam
Key Semesta Kimia
Rahmat dan karunia telah Allah berikan semuanya inilah jaminan yang telah Allah berikan kepada seluruh makhluknya. Kekurangan kita adalah kualitas penghambaan kita di hadapan Allah. Karena itu yang harus diperjuangkan adalah meningkatkan kualitas ibadah kita, meningkatkan kualitas bekerja kita sehingga mencapai kualitas bekerja yang bernilai ibadah. Meningkatkan kualitas ibadah dan ingatan kita kepada Allah (dzikir) dengan senantiasa menjaga kehadiran Allah dalam seluruh gerak dan hembusan nafas kita.